Pemimpin Adil Bijaksana - Umar bin Khotob
Umar al Faruq (BRANTAS KORUPSI)
(film Umar episod 29) subhaanaLLOH....
dialog Umar dan Abu Huroiroh....
PEJABAT dilarang merangkap jadi PEBISNIS ,
untuk BRANTAS KORUPSI :
U :
Apa pendapatmu tentang
jabatan Gubernur Bahrain?
A : Aku, Gubernur Bahrain?/
U : Kau terkejut atau tidak setuju?
A :
Terkejut, Amirul Mukminin!
Abu Hurairah hanyalah buruh kasar
dengan penghasilan...
...beberapa buah kurma untuk makan.
Ia tak punya rumah sendiri...
...kecuali alas beratap di mesjid
di mana ia bisa beristirahat.
Dan sekarang ia jadi Gubernur Bahrain?
U :
Kami larang kau meriwayatkan
terlalu banyak hadits Rasulullah...
...agar masyarakat bisa melanjutkan
berkonsentrasi pada Al Qur'an.
Kami juga mencegah perdebatan panjang...
...tentang Rasulullah berkata begini
dan yang lain menentangnya.
Kami tak pernah menyangsikan
kealiman dan kekuatan keyakinanmu.
A :
Aku mengikuti perintahmu,
Amirul Mukminin.
U : Buat catatan atas harta
dan kekayaannya.
A : Untuk apakah itu, Amirul Mukminin?
U :
Ini kebijakan yang kubuat
terhadap gubernur-gubernurku.
Kami catat kekayaan mereka saat dilantik
dan juga di akhir masa jabatannya.
A : Apakah kau mencurigai kami
saat menunjuk kami?
U :
Jika aku sudah curiga,
aku tak akan mengangkatnya.
Ini hanya untuk menghilangkan
keraguanku.
Kuperhatikan kekayaan dari para pejabatku
meningkat drastis saat mereka menjabat.
A :
Tapi mereka tak menyalahgunakan jabatan
mereka. Tapi mereka berbisnis.
Bukankah itu diperbolehkan?/
U :
Ya, itu bisnis yang diperbolehkan.
Tapi kami tak menugaskan
pejabat-pejabat kami untuk jadi pebisnis.
Kami tugaskan mereka sebagai pejabat
yang adil di kalangan masyarakat.
Ketika mereka berbisnis...
...kami khawatir masyarakat akan memberi
sejumlah uang karena jabatan mereka...
...sehingga lebih memprioritaskan bisnis
daripada kewajibannya lainnya.
Dengan demikian, penghasilan mereka
mencuat karena jabatan...
...sebagai abdi negara.
Oleh karena itu, jika kekayaan seseorang
meningkat drastis selama masa jabatannya.
Kami akan menaksir yang berhak
ia miliki secara adil...
...dan menyerahkan kelebihannya
ke Baitul Mal.
Inilah yang aku terapkan pada seluruh
Gubernur dan pejabat-pejabatku.
Yang sependapat dengan ini
silakan terima jabatan itu.
Bagi yang tak setuju, tinggalkan.
Pilihan ada di tangan kalian.
A :
Itu pandangan yang bijak, Amirul Mukminin.
Kami menerima apa yang ditetapkan Allah.
...........................
Salaman Ya Umar Alfaruq - (Mashary Al Afasy)
{{ سلاما يا عمر الفاروق - مشاري العفاسي }}
((( SALAMAN YA UMAR - MASHARY ALAFASY )))
استمع للأشنودة Listen to it
سلاما ياعمر الفاروق
سلاما ياعمر الفاروق
Salaman Ya Omara alfaruq
Peace be on to you, O Omar Al Faruq
حكمت عدلت أمنت فنمت رسيخ البال
بمثلك نستصغر نجما وذرا وجبال
ولولا أثر النور لقلنا كنت خيال
Hakamta 'adalta aminta fanimta rasikhal bal
You ruled with justice, so you became safe
Then you slept peacefully and comfortably
Bimithlika Nastasghiru najman wadhuran wajibal
We see many great and honorable people
That cannot be compared to you
Walawla atharu nuri laqulna kunta khayal
If we haven't seen your light
We'd have said you are a fantasy
سلاما ياعمر الفاروق
سلاما ياعمر الفاروق
Salaman Ya Omara alfaruq
Peace be on to you, O Omar Al Faruq
تهلل وجه نبيك يوم هداك الله
وكم أيدت الحق وكم وافقك الله
أعز الله بك الاسلام ورضى الله
Tahalala wajhu nabiyika yawma hadak Allah
The face of the prophet shone
When Allah guided you to Islam
Wakam ayadta elhaqa wakam wafaqk Allah
How many times you showed the truth
And Allah supported you
A'azza Allahu bikal Islam waradhiya Allah
You made Islam glorified with Allah Will
سلاما ياعمر الفاروق
سلاما ياعمر الفاروق
Salaman Ya Omara alfaruq
Peace be on to you, O Omar Al Faruq
ملأت الارض بعدلك وفتحت الأمصار
وقلت بحق الناس لقد ولدوا أحرار
وهابتك الدنيا وهابتك الدنيا
وهابتك الدنيا يا زهدا شع وطال
Mala'etal ardha bi'adlika wafatahtal amsar
You filled the earth with justice
And you conquered the lands
Wakulta bihaq annas laqad wulidu ahrar
And you said rightly that All people
are born free and equal
Wahabatka dunia yazahidan sha'a wataal
This Dunia (earthly life) feared of you
You were pious and your face became bright
سلاما ياعمر الفاروق
سلاما ياعمر الفاروق
Salaman Ya Omara alfaruq
Peace be on to you, O Omar Al Faruq
.......................
Umar bin Khaththab adalah sosok yang pernah mengecap masa jahiliyah. Ia sempat mengecap minuman keras, ia pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup, pernah menghajar habis-habisan budaknya hingga sempoyongan hanya karena ketahuan masuk Islam, bahkan ia pun pernah memakan Tuhan berhala sembahannya yang terbuat dari tepung roti.
Puncaknya, ia termasuk salah seorang yang berambisi membunuh Nabi Muhammad saw.:
Pada suatu hari, orang-orang kafir Quraisy bermusyawarah untuk menentukan siapakah di antara mereka yang bersedia membunuh Rasulullah. Umar segera menyahut: “Saya siap melakukannya!” Semua orang Quraisy yang hadir di pertemuan itu berkata: “Ya, memang engkaulah yang pantas melakukannya!”
Sambil menghunuskan pedang, Umar segera melangkah menuju kediaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dalam perjalanan dia berpapasan dengan salah seorang dari Kabilah Zuhrah, yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqas. Sa’ad bertanya kepada Umar, “Umar, engkau akan pergi ke mana?”
“Saya akan membunuh Muhammad!” Jawab Umar.
Ini adalah sebuah momen paling menentukan dalam hidup Umar. Ternyata jalan yang harus ditempuh Umar untuk membunuh Rasulullah saw. tidak semulus apa yang ia kira. Selama dalam perjalanan membunuh Rasulullah tersebut, Umar tersendat oleh tiga ganjalan. Ganjalan pertama, ia terkejut dengan Islamnya Sa’ad bin Abi Waqqash:
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata: “Jika demikian, Banu Hasyim, Banu Zuhrah dan Banu Abdi Manaf tidak akan berdiam diri atas perbuatanmu itu. Mereka pasti akan menuntut balas.”
Mendengar ancaman seperti itu, Umar terkejut, lalu berkata: “Oh, nampaknya kamu pun telah meninggalkan agama nenek moyang kita. Kalau demikian, saya akan membunuhmu terlebih dahulu!” Sa’ad berkata: “Ya, saya memang telah masuk Islam.”. Umar pun segera mencabut pedangnya untuk menebas Sa’ad.
Sesaat sebelum Umar menebaskan pedangnya pada Sa’ad, Umar lagi-lagi mendapat batu ganjalan di mana ia harus menerima kenyataan bahwa adik perempuannya pun ternyata telah menjadi Muslimah. Inilah ganjalan kedua bagi Umar:
Sebelum bertarung dengan Umar, Sa’ad sempat berkata: “Lebih baik engkau mengurus keluargamu dulu, saudara perempuanmu dan suaminya juga telah memeluk Islam.”
Tak terbayangkan kemarahan Umar ketika mendengar berita ini. la pun segera meninggalkan Sa’ad dan pergi menuju rumah saudara perempuannya. Ketika itu, di rumah saudara perempuan Umar ada sahabat Khabbab al-Arrat. Dengan menutup pintu dan jendela, suami istri itu membaca ayat-ayat al-Quran. Umar mengetuk-ngetuk pintu sambil berteriak supaya dibukakan pintu. Mendengar suara Umar, Khabbab segera bersembunyi.
Karena tergesa-gesanya, maka mushaf al-Quran yang sedang mereka baca itu tertinggal. Ketika pintu dibukakan oleh saudara perempuan Umar. Umar memukul wajah saudara perempuannya itu sambil berkata: “Pengkhianat! Kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu!” Tanpa menghiraukan wajah saudara perempuannya yang berdarah, Umar masuk ke dalam rumah dan bertanya: “Apakah yang sedang kamu lakukan, dan siapakah orang yang suaranya aku dengar dari luar?”
“Kami hanya berbincang-bincang.” jawab iparnya. Umar bertanya lagi: “Apakah kamu juga telah meninggalkan agama nenek moyangmu dan memeluk agama baru itu?” Iparnya menjawab: “Bagaimana jika agama baru itu lebih baik dari agama dahulu?”
Jawaban ini menyebabkan Umar marah dan memukul iparnya serta menarik-narik janggutnya sehingga wajahnya berlumuran darah. Saudara perempuannya segera melerai, namun ia pun dipukulnya sehingga wajahnya berdarah. Sambil menangis, saudara perempuannya berkata: “Wahai Umar! Kami dipukul hanya karena memeluk Islam. Kami bersumpah akan mati sebagai orang Islam. Terserah padamu, kamu mau melakukan apa saja terhadap kami.”
Belum sempat Umar menyelesaikan dua urusannya terhadap Sa’ad dan adik perempuannya, Umar kembali menemui ganjalan ketiga. Kali ini Umar bertemu dengan sesuatu yang belum pernah ia temui selama hidupnya, bukan sosok manusia melainkan hanya beberapa lembaran tulisan. Pada ganjalan ketiga inilah justru Umar berada di titik puncak pertemuannya dengan hidayah:
Ketika kemarahannya mulai mereda, Umar merasa malu dengan perbuatannya terhadap saudara perempuannya itu. Tiba-tiba ia melihat mushaf-mushaf al-Quran yang ditinggalkan oleh Khabbab tadi, lalu berkata: “Bagus, sekarang katakan, apa lembaran-lembaran ini”. “Kamu tidak suci, dan orang yang tidak suci tidak boleh menyentuh lembaran-lembaran ini” jawab saudara perempuannya.
Pada awalnya Umar belum siap untuk bersuci, namun akhirnya ia bersedia untuk mandi dan berwudhu, kemudian membaca mushaf-mushaf al-Quran itu, surat yang dibacanya adalah surat Thaha. Umar membaca surat itu dari awal hingga akhir.
Ternyata ganjalan yang ketiga bukanlah manusia, tetapi sebuah lembaran-lembaran tulisan yang bagi Umar lebih dari sekadar tulisan. Lembaran-lembaran tulisan surat Thaha telah memutar haluan akal Umar 360 derajat:
Kemudian Umar berkata: “Baiklah, sekarang antarkan aku menemui Muhammad.” Mendengar kata-kata Umar itu, Khabbab segera keluar dari persembunyiannya sambil berkata: “Wahai Umar, ada kabar gembira untukmu. Tadi malam Rasulullah berdoa kepada Allah: ‘Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar atau dengan Abu Jahal. Terserah kepada-Mu, siapa yang Engkau kehendaki’. Sepertinya Allah telah memilihmu untuk memenuhi permintaan Nabi”.
Setelah peristiwa itu, Umar segera dipertemukan dengan Rasulullah pada hari Jumat subuh, dan memeluk Islam saat itu juga.
Sungguh luar biasa Allah Ta’ala dalam “berdakwah” kepada mahluk-Nya, sekalipun sebenarnya sangat mudah bagi Allah SWT. untuk memusnahkan Umar, tapi Allah Ta’ala mendengar doanya Rasulullah saw. yang darinya hanya dengan tiga ganjalan saja, Umar pun masuk Islam.
NYARIS MENJADI NABI
Umar jahiliyah dengan Umar Islam sangat berbeda jauh seperti jauhnya Timur dan Barat. Bahkan puncak perbedaannya adalah pujian Rasulullah saw. atas potensi ahlak Umar yang menunjukkan di atas rata-rata yang ditunjukkan dengan ungkapan “Nyaris Menjadi Nabi” pada hadits berikut ini:
“Seandainya ada Nabi sesudahku maka dia adalah Umar bin Khaththab”
[H.R. Tirmidzi dan Ahmad dalam musnadnya dan dalam kitab Fadhail ash-Shahabah 1:246]
Biasanya tanda-tanda seseorang yang akan ditunjuk sebagai Nabi utusan Allah, terlihat sejak kecil atau sejak dalam kandungan. Tanda-tanda kenabian ini tidak ditemukan dalam sosok Umar bin Khaththab bila dilihat dari sosok kelamnya di jaman jahiliyah. Sehingga ungkapan “Umar nyaris menjadi Nabi” bukanlah ditujukan kepada sosok kelamnya di masa lalu, karena memang Nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir yang diutus Allah untuk manusia. Ungkapan tersebut lebih ditujukan sebagai simbolis dari ketinggian ahlak dan ibadahnya Umar bin Khaththab.
AL-QUR’AN TELAH MEMBUAT UMAR TAK BERKUTIK
Dengan al-Qur’an Umar terbuka hatinya menuju kebenaran untuk masuk Islam, dan dengan al-Qur’an pula Umar dibuat tidak berkutik.
Labinah, budak Umar yang masuk Islam lebih dulu dari Umar, pernah merasakan siksaan pukulan Umar hanya karena Labinah diketahui telah masuk Islam. Sebut pula adik Umar, Fatimah binti Khaththab dan suaminya, pernah pula merasakan tamparan keras Umar.
Nyaris tidak ada yang bisa menghalangi Umar untuk meluapkan kemarahannya, kecuali hanya satu, al-Qur’an, ya benar, sekeras-kerasnya Umar ternyata telah dibuat tidak berkutik dengan al-Qur’an. Tunduknya Umar yang garang dan tegas terhadap al-Qur’an dimulai saat kisahnya masuk Islam yang tersentak, terdiam, dan terpaku saat dirinya dihadapkan dengan untaian surat Thaahaa.
Suatu hari Bilal bin Rabah bertanya kepada Aslam al-’Adawi (Abu Khalid), salah seorang pelayan Umar: “Wahai Aslam, seberapada dekat engkau mengenal Umar?” Mendengar pertanyaan itu, yang terbersit dalam benak Aslam adalah dahsyatnya marah Umar: “Sangat dekat. Namun jika Umar marah, itu akan menjadi perkara yang besar”. Bilal menyahut: “Wahai Aslam, jika aku sedang bersama Umar, kemudian ia marah, maka aku bacakan kepadanya ayat-ayat al-Qur’an. Seketika itu juga reda kemarahan Umar”.
Malik ad-Dar menceritakan pengalamannya, suatu ketika Umar berteriak membentak kepada Malik dan hendak melemparnya dengan batu, seketika itu juga Malik berkata kepada Umar: “Ingatlah Allah”. Mendengar hal itu, Umar langsung membuang batunya seraya berkata: “Sungguh engkau telah mengingatkanku pada keagungan Allah”.
Abdullah bin Umar bersaksi: “Setiap kali ayahku (Umar) marah, lalu disebutkan nama Allah di sampingnya, atau dibacakan ayat-ayat suci, marahnya langsung reda”.
“Barang siapa takut kepada Allah, tidak akan bergejolak kemarahannya. Barang siapa bertakwa kepada Allah, tidak akan bergejolak kemarahannya. Barang siapa bertakwa kepada Allah, apa yang ia kehendaki tidak akan sia-sia.”
- Petuah Umar bin Khaththab -
Begitu tunduknya Umar dengan al-Qur’an telah membuat dirinya dianugerahi menjadi asbab turunnya beberapa ayat al-Qur’an yang membenarkan perkataan Umar, di antaranya:
* Usulan Umar untuk menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat sholat dan kemudian turunlah firman Allah yang bersesuaian dengan usulan Umar tersebut [Q.S. al-Baqarah 2:125]
* Usulan Umar tentang penggunaan hijab (tirai penghalang) pada istri-istri Nabi, turunlah firman Allah yang bersesuaian dengan usulan Umar tersebut [Q.S. al-Ahzab 33:53]
* Peringatan Umar kepada kecemburuan beberapa istri Nabi dan turunlah firman Allah yang membenarkan peringatan Umar tersebut [Q.S. at-Tahrim 66:5]
* Turunnya firman Allah yang menghalalkan mencampuri istri di malam-malam bulan Ramadhan setelah Umar menceritakan telah menggauli istrinya di malam hari di bulan Ramadhan kepada Rasulullah [Q.S. al-Baqarah 2:187]
* Turunnya firman Allah yang membenarkan usulan Umar untuk lebih memilih mengeksekusi tawanan perang Badar yang tergolong sangat jahat ketimbang mengambil tebusan dari mereka [Q.S. al-Anfaal 8:67]
* Umar pernah mengingatkan Rasulullah untuk tidak menshalatkan jenazah Abdullah bin Ubay karena ia termasuk orang-orang yang munafik, turunlah firman Allah yang membenarkan peringatan Umar tersebut [Q.S. at-Taubah 9:84]
No comments